TUGAS
HUKUM PERBANKAN INDONESIA
·
BANK MILIK PEMERINTAH
BANK BNI
Menjadi
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. atau biasa dikenal dengan BNI merupakan
salah satu penyedia jasa perbankan terkemuka di Indonesia. BNI pertama kali
didirikan pada tanggal 5 Juli 1946 sebagai bank pertama yang dimiliki oleh
Pemerintah Republik Indonesia secara resmi. Debut pertama BNI sejak awal
berdirinya dengan mengedarkan ORI (Oeang Republik Indonesia) yang merupakan
alat pembayaran pertama yang resmi sejak tanggal 30 Oktober 1946. Hari tersebut
sekarang diperingati sebagai Hari Keuangan Nasional, sedangkan hari berdirinya
BNI tanggal 5 Juli diperingati sebagai Hari Bank Nasional. Peran BNI sebagai
bank sirkulasi atau bank sentral mulai dibatasi oleh Pemerintah seiring dengan
penunjukan bank warisan Belanda De Javsche Bank sebagai Bank Sentral sejak
tahun 1949. Selanjutnya BNI diberikan hak sebagai bank devisa selain berperan
sebagai bank pembangunan dengan memiliki akses transaksi langsung ke luar
negeri. Status BNI kemudian berubah menjadi bank komersial milik pemerintah
dengan penambahan modal yang dilakukan pada tahun 1955. Hal ini menjadikan
pelayanan BNI berjalan semakin baik seiring dengan hadir-nya dukungan bagi
sektor usaha nasional.
Nama
BNI atau Bank Negara Indonesia 1946 yang dipakai sebagai identitas bank secara
resmi digunakan sejak akhir tahun 1968. Namun dalam perkembangannya bank ini
lebih dikenal sebagai 'BNI 46'. Pada tahun 1988 perusahaan memutuskan untuk
merubah nama panggilan menjadi 'Bank BNI' dengan alasan mudah diingat oleh
nasabah. Sejak tahun 1992 status hukum Bank BNI berubah menjadi perusahaan
terbuka. Hal ini sejalan dengan penggantian nama menjadi PT Bank Negara
Indonesia (Persero). Perusahaan tak hanya berhenti sampai di sana saja, rencana
untuk "go public" kemudian dapat terealisasikan dengan melakukan
penawaran umum perdana di pasar modal pada tahun 1996. Perusahaan terus menjaga
komitmen dalam perbaikan kualitas kinerja di tengah perubahan dan kemajuan
lingkungan, sosial-budaya serta teknologi. Identitas baru perusahaan terus
diperbaharui dengan menggunakan nama "BNI" dan mencantumkan tahun
berdiri "46" dalam logo perusahaan sejak tahun 2004.
Pada
tahun 2012, Pemerintah Indonesia telah memegang saham BNI sebesar 60% dan
sisanya 40% dimiliki oleh pemegang saham publik yang datang dari individu,
instansi, domestik maupun asing. Dengan visi "Menjadi bank yang unggul,
terkemuka dan terdepan dalam layanan dan kinerja", BNI telah berhasil
menjadi bank terbesar ke-4 di Indonesia bila dilihat dari total aset, total
kredit maupun total dana pihak ketiga. Hingga akhir tahun 2012 saja, BNI telah
memiliki total aset sebesar Rp333,3 triliun. Hal ini merupakan hasil kerja
keras dari semua komponen BNI, terutama 24.861 karyawan yang telah berdedikasi
tinggi terhadap perusahaan. Selain itu, jaringan layanan BNI berada di 1.585
outlet yang tersebar di seluruh Indonesia dan telah berhasil merambah hingga
Hong Kong, London, New York dan Singapura. BNI juga memiliki 8.227 unit ATM,
42.000 EDC serta fasilitas internet dan SMS banking yang dapat memanjakan
nasabah. Perkembangan BNI juga dibantu melalui beberapa anak perusahaannya
seperti Bank BNI Syariah, BNI Multi Finance, BNI Securities dan BNI Life
Insurance. Dengan tekad dan semangat yang tinggi ke depan-nya BNI akan selalu
berupaya untuk memberikan layanan terbaik dan selalu mkebanggaan negara.
BANK BRI
Bank Rakyat
Indonesia (BRI) adalah salah satu bank milik pemerintah yang terbesar
di Indonesia. Pada awalnya Bank Rakyat Indonesia (BRI) didirikan di Purwokerto,
Jawa Tengah oleh Raden Bei Aria Wirjaatmadja dengan nama De Poerwokertosche
Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden atau "Bank Bantuan dan Simpanan
Milik Kaum Priyayi Purwokerto", suatu lembaga keuangan yang melayani
orang-orang berkebangsaan Indonesia (pribumi). Lembaga tersebut berdiri tanggal
16 Desember 1895, yang kemudian dijadikan sebagai hari kelahiran BRI.
Pada periode setelah kemerdekaan RI,
berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1946 Pasal 1 disebutkan bahwa BRI
adalah sebagai Bank Pemerintah pertama di Republik Indonesia. Dalam masa perang
mempertahankan kemerdekaan pada tahun 1948, kegiatan BRI sempat terhenti untuk
sementara waktu dan baru mulai aktif kembali setelah perjanjian Renville pada
tahun 1949 dengan berubah nama menjadi Bank Rakyat Indonesia Serikat. Pada
waktu itu melalui PERPU No. 41 tahun 1960 dibentuklah Bank Koperasi Tani dan
Nelayan (BKTN) yang merupakan peleburan dari BRI, Bank Tani Nelayan dan
Nederlandsche Maatschappij (NHM). Kemudian berdasarkan Penetapan Presiden
(Penpres) No. 9 tahun 1965, BKTN diintegrasikan ke dalam Bank Indonesia dengan
nama Bank Indonesia Urusan Koperasi Tani dan Nelayan.
Setelah berjalan selama satu bulan,
keluar Penpres No. 17 tahun 1965 tentang pembentukan bank tunggal dengan nama
Bank Negara Indonesia. Dalam ketentuan baru itu, Bank Indonesia Urusan
Koperasi, Tani dan Nelayan (eks BKTN) diintegrasikan dengan nama Bank Negara
Indonesia unit II bidang Rural, sedangkan NHM menjadi Bank Negara Indonesia
unit II bidang Ekspor Impor (Exim).
Berdasarkan Undang-Undang No. 14
tahun 1967 tentang Undang-undang Pokok Perbankan dan Undang-undang No. 13 tahun
1968 tentang Undang-undang Bank Sentral, yang intinya mengembalikan fungsi Bank
Indonesia sebagai Bank Sentral dan Bank Negara Indonesia Unit II Bidang Rular
dan Ekspor Impor dipisahkan masing-masing menjadi dua Bank yaitu Bank Rakyat
Indonesia dan Bank Ekspor Impor Indonesia. Selanjutnya berdasarkan
Undang-undang No. 21 tahun 1968 menetapkan kembali tugas-tugas pokok BRI
sebagai bank umum.
Sejak 1 Agustus 1992 berdasarkan
Undang-Undang Perbankan No. 7 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah RI No. 21
tahun 1992 status BRI berubah menjadi perseroan terbatas. Kepemilikan BRI saat
itu masih 100% di tangan Pemerintah Republik Indonesia. Pada tahun 2003,
Pemerintah Indonesia memutuskan untuk menjual 30% saham bank ini, sehingga
menjadi perusahaan publik dengan nama resmi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)
Tbk., yang masih digunakan sampai dengan saat ini.
BANK MANDIRI
PT
Bank Mandiri (PERSERO) Tbk. BMRI adalah bank yang berkantor
pusat di Jakarta, dan merupakan bank terbesar di Indonesia dalam hal aset,
pinjaman, dan deposit. Bank ini berdiri pada tanggal 2 Oktober 1998 sebagai
bagian dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh Pemerintah
Indonesia. Pada bulan Juli 1999, empat bank milik Pemerintah yaitu, Bank Bumi Daya (BBD), Bank Dagang Negara
(BDN), Bank Ekspor Impor
Indonesia (Bank Exim), dan Bank Pembangunan
Indonesia (Bapindo), digabungkan ke dalam Bank
Mandiri.
Sejarah
keempat Bank (BBD, BDN, Bank Exim, dan Bapindo) tersebut sebelum bergabung
menjadi Bank Mandiri, dapat ditelusuri lebih dari 140 tahun yang lalu. Keempat
bank nasional tersebut telah turut membentuk riwayat perkembangan dunia
perbankan Indonesia, dan masing-masing telah memainkan peranan yang penting
dalam pembangunan ekonomi di Indonesia.
Bank Dagang Negara
merupakan salah satu bank tertua di Indonesia. Sebelumnya Bank Dagang Negara
dikenal sebagai Nederlandsch Indische Escompto Maatschappij yang didirikan di
Batavia (Jakarta) pada tahun 1857. Pada tahun 1949 namanya berubah menjadi
Escomptobank NV. Selanjutnya, pada tahun 1960 Escomptobank dinasionalisasi dan
berubah nama menjadi Bank Dagang Negara, sebuah Bank pemerintah yang membiayai
sektor industri dan pertambangan.
Bank Bumi Daya didirikan melalui
suatu proses panjang yang bermula dari nasionalisasi sebuah perusahaan Belanda
De Nationale Handelsbank NV, menjadi Bank Umum Negara pada tahun 1959. Pada
tahun 1964, Chartered Bank (sebelumnya adalah Bank milik Inggris) juga
dinasionalisasi, dan Bank Umum Negara diberi hak untuk melanjutkan operasi Bank
tersebut. Pada tahun 1965, bank umum negara digabungkan ke dalam Bank Negara
Indonesia dan berganti nama menjadi Bank Negara Indonesia Unit IV beralih
menjadi Bank Bumi Daya.
Bank Ekspor Impor
Indonesia (Bank Exim) berawal dari perusahaan dagang Belanda
N.V. Nederlansche Handels Maatschappij yang didirikan pada tahun 1842 dan
mengembangkan kegiatannya di sektor perbankan pada tahun 1870. Pemerintah
Indonesia menasionalisasi perusahaan ini pada tahun 1960, dan selanjutnya pada
tahun 1965 perusahan ini digabung dengan Bank Negara Indonesia menjadi Bank
Negara Indonesia Unit II. Pada tahun 1968 Bank Negara Indonesia Unit II dipecah
menjadi dua unit, salah satunya adalah Bank Negara Indonesia Unit II Divisi Expor-Impor,
yang akhirnya menjadi BankExim, bank Pemerintah yang membiayai kegiatan ekspor
dan impor.
Bank Pembangunan
Indonesia (Bapindo) berawal dari Bank Industri Negara (BIN),
sebuah Bank Industri yang didirikan pada tahun1951. Misi Bank Industri Negara
adalah mendukung pengembangan sektor – sektor ekonomi tertentu, khususnya
perkebunan, industri, dan pertambangan. Bapindo dibentuk sebagai bank milik negara
pada tahun 1960 dan BIN kemudian digabung dengan Bank Bapindo. Pada tahun 1970,
Bapindo ditugaskan untuk membantu pembangunan nasional melalui pembiayaan
jangka menengah dan jangka panjang pada sektor manufaktur, transportasi dan
pariwisata.
Pasca penggabungan
Bank Mandiri dibentuk pada 2 Oktober 1998, dan empat
bank asalnya efektif mulai beroperasi sebagai bank gabungan pada pertengahan
tahun 1999.
Setelah selesainya proses merger,
Bank Mandiri kemudian memulai proses konsolidasi, termasuk pengurangan cabang
dan pegawai. Selanjutnya diikuti dengan peluncuran single brand di seluruh
jaringan melalui iklan dan promosi.
Salah satu pencapaian penting adalah
penggantian secara menyeluruh platform teknologi. Bank Mandiri mewarisi
sembilan sistem perbankan dari keempat “legacy banks”. Setelah investasi awal
untuk konsolidasi sistem yang berbeda tersebut, Bank Mandiri mulai melaksanakan
program penggantian platform yang berlangsung selama tiga tahun, di mana
program pengganti tersebut difokuskan untuk meningkatkan kemampuan penetrasi di
segmen “retail banking”.
Pada saat ini, infrastruktur teknologi informasi Bank
Mandiri sudah mampu melakukan pengembangan “e-channel” & produk retail
dengan “Time to Market” yang lebih baik.
Dalam proses penggabungan dan
pengorganisasian ulang tersebut, jumlah cabang Bank Mandiri dikurangi sebanyak
194 buah dan karyawannya berkurang dari 26.600 menjadi 17.620. Direktur Utama
Bank Mandiri yang pertama adalah Muljohardjoko (Dirut Taspen sejak Februari
1996). Alumnus Fakultas Ekonomi UI ini pernah juga berdinas di PT Telkom,
terakhir ia menjabat sebagai direktur keuangan). Muljohardjoko menjadi Dirut
Bank Mandiri selama 35 hari ketika awal-awal menjadi Dirut Taspen. Kepemimpinan
Muljohardjoko di Taspen sendiri berjalan sejak Februari 1996 sampai tahun 1999.
Direktur Utama Bank Mandiri yang kedua adalah Robby Djohan. Kemudian pada Mei 2000, posisi
Djohan digantikan ECW Neloe. Neloe
menjabat selama lima tahun, sebelum digantikan Agus Martowardojo sebagai Direktur Utama sejak Mei
2005. Neloe menghadapi dugaan keterlibatan pada kasus korupsi di bank tersebut. Agus kemudian
digantikan oleh Zulkifli Zaini dan saat ini (2015) Budi Gunadi Sadikin (BGS)
tengah menjadi Dirut Bank Mandiri.
Nasabah Bank Mandiri yang terdiri
dari berbagai segmen merupakan penggerak utama perekonomian Indonesia.
Berdasarkan sektor usaha, nasabah Bank Mandiri bergerak dibidang usaha yang
sangat beragam. Sebagai bagian dari upaya penerapan “prudential banking” &
“best-practices risk management”, Bank Mandiri telah melakukan berbagai
perubahan. Salah satunya, persetujuan kredit dan pengawasan dilaksanakan dengan
“four-eye principle”, di mana persetujuan kredit dipisahkan dari kegiatan
pemasaran dan business unit. Sebagai bagian diversifikasi risiko dan
pendapatan, Bank Mandiri juga berhasil mencetak kemajuan yang signifikan dalam
melayani Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dan nasabah ritel. Pada akhir 1999,
porsi kredit kepada nasabah “corporate” masih sebesar 87% dari total kredit,
sementara pada 31 Desember 2009, porsi kredit kepada nasabah UKM dan mikro
telah mencapai 42,22% dan porsi kredit kepada nasabah consumer sebesar 13,92%,
sedangkan porsi kredit kepada nasabah “corporate” mencakup 43,86% dari total kredit.
Sesudah menyelesaikan program
transformasi semenjak 2005 sampai dengan tahun 2009, Bank Mandiri sedang
bersiap melaksanakan transformasi tahap berikutnya dengan merevitalisasi visi
dan misi untuk menjadi Lembaga Keuangan Indonesia yang paling dikagumi dan
selalu progresif. Pada Juni 2013, Bank Mandiri sudah mempunyai 1.811
cabang dan sekitar 11.812 ATM yang
tersebar merata di 34 provinsi di Indonesia tanpa terkecuali, semakin
menegaskan Bank Mandiri sebagai salah satu dari jajaran bank terbesar di Indonesia.
BANK BTN
Latar
Belakang
BTN Syariah merupakan Strategic Bussiness Unit
(SBU) dari Bank BTN yang menjalankan bisnis dengan prinsip syariah, mulai
beroperasi pada tanggal 14 Februari 2005 melalui pembukaan Kantor Cabang
Syariah pertama di Jakarta. Pembukaan SBU ini guna melayani tingginya minat
masyarakat dalam memanfaatkan jasa keuangan Syariah dan memperhatikan
keunggulan prinsip Perbankan Syariah, adanya Fatwa MUI tentang bunga bank,
serta melaksanakan hasil RUPS tahun 2004.
Tujuan
Pendirian
·
Untuk
memenuhi kebutuhan Bank dalam memberikan pelayanan jasa keuangan syariah.
·
Mendukung
pencapaian sasaran laba usaha Bank.
·
Meningkatkan
ketahanan Bank dalam menghadapi perubahan lingkungan usaha.
·
Memberi
keseimbangan dalam pemenuhan kepentingan segenap nasabah dan pegawai.
Perkembangan
Jaringan
Jaringan UUS
Bank BTN telah memiliki jaringan yang tersebar di seluruh Indonesia dengan
rincian sebagai berikut :
- Kantor Cabang Syariah 22 unit
- Kantor Cabang Pembantu Syariah 21
unit
- Kantor Kas Syariah 7 unit
- Kantor Layanan Syariah 240 unit
·
BANK MILIK
SWASTA NASIONAL
BANK BCA
Sejarah
BCA secara resmi berdiri pada tanggal 21 Februari 1957
dengan nama Bank Central Asia NV. Banyak hal telah dilalui sejak saat
berdirinya itu, dan barangkali yang paling signifikan adalah krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997.
Krisis ini membawa dampak
yang luar biasa pada keseluruhan sistem perbankan di Indonesia. Namun, secara
khusus, kondisi ini memengaruhi aliran dana tunai di BCA dan bahkan sempat
mengancam kelanjutannya. Banyak nasabah menjadi panik lalu beramai-ramai
menarik dana mereka. Akibatnya, bank terpaksa meminta bantuan dari pemerintah
Indonesia. Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) lalu mengambil alih BCA pada tahun 1998.
Berkat kebijaksanaan bisnis dan pengambilan keputusan
yang arif, BCA berhasil pulih kembali dalam tahun yang sama. Di bulan Desember
1998, dana pihak ke tiga telah kembali ke tingkat sebelum krisis. Aset BCA
mencapai Rp 67.93 triliun, padahal di bulan Desember 1997 hanya Rp 53.36
triliun. Kepercayaan masyarakat pada BCA telah sepenuhnya pulih, dan BCA
diserahkan oleh BPPN ke Bank Indonesia pada tahun 2000.
Selanjutnya, BCA mengambil
langkah besar dengan menjadi perusahaan publik. Penawaran Saham Perdana berlangsung pada tahun 2000, dengan menjual saham
sebesar 22,55% yang berasal dari divestasi BPPN. Setelah Penawaran Saham
Perdana itu, BPPN masih menguasai 70,30% dari seluruh saham BCA. Penawaran
saham kedua dilaksanakan di bulan Juni dan Juli 2001, dengan BPPN
mendivestasikan 10% lagi dari saham miliknya di BCA.
Dalam tahun 2002, BPPN
melepas 51% dari sahamnya di BCA melalui tender penempatan privat yang
strategis. Farindo Investment, Ltd., yang berbasis di Mauritius, memenangkan tender tersebut. Saat ini, BCA terus
memperkokoh tradisi tata kelola perusahaan yang baik, kepatuhan penuh pada regulasi, pengelolaan risiko
secara baik dan komitmen pada nasabahnya baik sebagai bank transaksional maupun
sebagai lembaga intermediasi finansial.
Kegiatan Usaha Perusahaan Bank BCA
Dalam kegiatannya sehari-hari BCA lebih mengutamakan
kepentingan dan kenyamanan nasabah. Hal ini dilakukan BCA untuk mempertahankan
nasabahnya maupun untuk menarik nasabah yang lain. BCA adalah bank swasta
terbesar di Indonesia dimana dalam melaksanakan fungsinya sebagai lembaga
intermediasi, BCA tidak hanya menghimpun dana dari masyarakat tetapi juga
menyalurkan dana kembali dalam bentuk kredit, selain itu BCA juga memberikan
fasilitas kemudahan pada nasabah. Adapun fasilitas yang diberikan BCA diluar
simpanan masyarakat adalah kemudahan dalam pembayaran rekening listrik,
telepon, fax, telex. Dengan adanya fasilitas tersebut, nasabah tidak perlu
datang ke kantor yang bersangkutan tetapi cukup datang ke BCA untuk membayar
kewajiban-kewajiban tersebut sehingga nasabah dapat menghemat waktu.
Untuk memperluas jangkauannya, BCA juga bekerjasama
dengan beberapa perguruan tinggi seperti Universitas Muhammadiyah dan
Universitas Islam Malang dalam pembayaran setoran uang kuliah. Selain itu,
Taman wisata Sengkaling dan SPBU wilayah Landungsari juga masuk jangkauan BCA
Cabang Pembantu Dinoyo. Disamping bekerjasama dengan Perguruan Tinggi dan Taman
Wisata, BCA Cabang Pembantu Dinoyo juga telah masuk kelingkungan TNI di wilayah
Karangploso. Hal ini dilakukan guna menambah jumlah rekening BCA, sehingga dana
yang ada juga bertambah.
BCA menerapkan program agar
tampil lebih profesional daripada bank-bank yang lain sebagai bank pesaing BCA.
Upaya meningkatkan kualitas pelayanan nasabah merupakan komitmen utama BCA
untuk meningkatkan kepuasan nasabah dalam upaya menarik nasabah baru. Dimana
strategi yang dilakukan BCA guna mewujudkan peningkatan kualitas pelayanan
tersebut melalui pengaktifan program front liner (CS dan Teller).pada dasarnya segala upaya yang dilakukan guna
meningkatkan kualitas keamanan pelayanan yang telah dilaksanakan dan
dikembangkan bertitik tolak dari keyakinan teguh bahwa bisnis perbankan tidak
mungkin berjalan tanpa dukungan nasabah.
Seiring dengan komitmen tersebut BCA telah bertekad
menjadi bank dengan layanan terbaik, untuk mencapai komitmen tersebut dapat
diwujudkan melalui berbagai upaya peningkatan kemampuan layanan pada front
office yang salah satunya adalah Customer Service. Pengetahuan
dan ketrampilan dasar yang perlu dimiliki oleh front office adalah
telah dirumuskan secara singkat, padat dan lengkap dalam istilah “SMART” yang
menjadi cermin identitas para front liner BCA. Sikap dalam bertugas di
bidang lain agar siklus layanan baik internal maupun eksternal dapat berjalan
dengan baik, terpadu, dan berkesinambungan. Disamping SDM yang dimiliki,
sarana/fasilitas khususnya gedung juga ditata dengan rapi dan bersih serta
dilengkapi dengan sarana informasi yang menarik dalam menunjang terwujudnya
sikap “SMART”.
BANK MEGA
Berawal dari sebuah usaha
milik keluarga bernama PT. Bank Karman yang didirikan pada tahun 1969 dan
berkedudukan di Surabaya, selanjutnya pada tahun 1992 berubah nama menjadi PT.
Mega Bank dan melakukan relokasi Kantor Pusat ke Jakarta. Seiring dengan
perkembangannya PT. Mega Bank pada tahun 1996 diambil alih oleh PARA
GROUP (PT. Para Global Investindo dan PT. Para Rekan Investama)sebuah
holding company milik pengusaha nasional - Chairul Tanjung. Selanjutnya PARA
GROUP berubah nama menjadi CT Corpora.
Untuk lebih meningkatkan citra
PT. Mega Bank, pada bulan Juni 1997 melakukan perubahan logo Bank Mega berupa
tulisan huruf M warna biru kuning dengan tujuan bahwa sebagai lembaga keuangan
kepercayaan masyarakat, akan lebih mudah dikenal melalui logo perusahaan yang
baru tersebut. Dan pada tahun 2000 dilakukan perubahan nama dari PT. Mega Bank
menjadi PT. Bank Mega.
Dalam rangka memperkuat
struktur permodalan maka pada tahun yang sama PT. Bank Mega melaksanakan Initial
Public Offering dan listed di BEJ maupun BES. Dengan demikian
sebagian saham PT. Bank Mega dimiliki oleh publik dan berubah namanya menjadi
PT. Bank Mega Tbk. Pada saat krisis ekonomi, Bank Mega mencuat sebagai salah
satu bank yang tidak terpengaruh oleh krisis dan tumbuh terus tanpa bantuan
pemerintah bersama-sama dengan Citibank, Deutche Bank dan HSBC.
PT. Bank Mega Tbk. dengan
semboyan "Mega Tujuan Anda" tumbuh dengan pesat dan
terkendali serta menjadi lembaga keuangan ternama yang mampu disejajarkan
dengan bank-bank terkemuka di Asia Pasifik dan telah mendapatkan berbagai
penghargaan dan prestasi baik di tingkat nasional, regional maupun
internasional. Dalam upaya mewujudkan kinerja sesuai dengan nama yang
disandangnya, PT. Bank Mega Tbk. berpegang pada azas profesionalisme,
keterbukaan dan kehati-hatian dengan struktur permodalan yang kuat serta produk
dan fasilitas perbankan terkini.
Setiap tahapan bisnis yang
dilalui Bank Mega terkadang mendapat tantangan. Namun dengan berbekal keyakinan
dan semangat untuk terus menjadi yang terbaik, sehingga mampu memberikan yang
terbaik pula bagi bangsa, seluruh elemen Bank sepakat untuk lebih mempertegas
cita-cita tersebut. Transformasi logo baru Bank Mega dalam wujud yang baru
menjadi cerminan semangat seluruh elemen Bank Mega dalam mewujudkan cita-cita
Indonesia.
Transformasi logo baru Bank
Mega dilakukan tahun 2013, merupakan refleksi yang mendalam atas harapan Bank
Mega untuk berkiprah membangun Indonesia menjadi bangsa yang memiliki
keunggulan dan pantang menyerah sehingga selalu mampu mewujudkan kesejahteraan
dan kehidupan yang terus lebih baik. Penegasan simbol "M" yang selama
ini sudah banyak dikenal, menjadi representasi dari aspirasi, optimisme,
peluang dan cita-cita masyarakat Indonesia serta keinginan untuk membangun masa
depan keluarga dan bangsa yang lebih baik dan lebih sejahtera.
Rangkaian warna-warna hangat
melambangkan energi dan semangat Bank Mega, pemikiran yang baru dan solusi
finansial menyeluruh bagi nasabah serta insan Bank Mega. Guna lebih mempertegas
kami menyematkan warna kuning yang menggambarkan kecerdasan dan harapan, dipadu
dengan warna abu-abu yang menyimbolkan proses dan sistem yang canggih. Warna
oranye menggambarkan optimisme dan energisitas yang menunjukkan bahwa Bank Mega
selalu melihat dan melakukan sesuatu secara positif dan dengan demikian selalu
berjuang mendapatkan hasil yang positif pula.
BANK DANAMON
Bank Danamon didirikan pada
tanggal 16 Juli
1956 dengan nama PT Bank Kopra Indonesia.
Pada tahun
1976
nama bank ini berubah menjadi PT Bank Danamon Indonesia. Bank ini menjadi bank
pertama yang memelopori pertukaran mata uang asing pada tahun 1976
dan tercatat sahamnya di bursa sejak tahun
1989.
Pada tahun
1997, sebagai akibat dari
krisis finansial di Asia,
Bank Danamon mengalami kesulitan
likuiditas dan akhirnya oleh pemerintah ditaruh di
bawah pengawasan BPPN atau
Badan
Penyehatan Perbankan Nasional (dalam bahasa Inggris lebih dikenal
dengan nama IBRA) sebagai Bank yang diambil alih Pemerintah (BTO -
Bank Take
Over).
Pada tahun
1999,
pemerintah melalui
BPPN melakukan
rekapitalisasi
Bank Danamon sebesar Rp 32 miliar dalam bentuk Surat Hutang Pemerintah (
Government
Bonds). Pada tahun yang sama, beberapa bank BTO akhirnya digabung menjadi
satu dengan Bank Danamon sebagai salah satu bagian dari rencana
restrukturisasi
BPPN. Pada tahun
2000, Bank Danamon kembali melebarkan sayapnya
dengan menjadi bank utama dalam penggabungan 8 Bank BTO lainnya. Pada saat
inilah Bank Danamon mulai muncul sebagai salah satu pilar
ekonomi di Indonesia.
Pada tahun
2003,
Bank Danamon diambil alih mayoritas kepemilikan sahamnya oleh
konsorsium Asia
Finance Indonesia di bawah kendali
Temasek Holdings. Dengan hadirnya manajemen baru,
maka dicanangkanlah penata ulangan
model bisnis dan strategi usaha Bank Danamon dalam
usahanya untuk terus melakukan perubahan total dalam disain yang sudah
dirancang untuk menjadikan Bank Danamon sebagai salah satu bank nasional
terkemuka di Indonesia dan bank pemain utama di kawasan
Asia.
Sejak tahun
2008, Bank Danamon yang kemudian dikenal dengan
nama Danamon mulai menggerakan masyarakat
Indonesia lewat kampanye "Untuk Anda, Bisa".
Bahkan sejak
2010, Danamon meluncurkan program Semangat Bisa.
BANK MUAMALAT
PT
Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H atau 1
Nopember 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pemerintah
Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada 27 Syawwal 1412 H atau 1 Mei
1992. Dengan dukungan nyata dari eksponen Ikatan Cendekiawan Muslim
se-Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha Muslim, pendirian Bank Muamalat juga
menerima dukungan masyarakat, terbukti dari komitmen pembelian saham Perseroan
senilai Rp 84 miliar pada saat penandatanganan akta pendirian Perseroan.
Selanjutnya, pada acara silaturahmi peringatan pendirian tersebut di Istana
Bogor, diperoleh tambahan komitmen dari masyarakat Jawa Barat yang turut
menanam modal senilai Rp 106 miliar.
Pada
tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan, Bank Muamalat
berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini semakin
memperkokoh posisi Perseroan sebagai bank syariah pertama dan terkemuka di
Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang terus dikembangkan. Pada akhir
tahun 90an, Indonesia dilanda krisis moneter yang memporakporandakan sebagian
besar perekonomian Asia Tenggara. Sektor perbankan nasional tergulung oleh
kredit macet di segmen korporasi. Bank Muamalat pun terimbas dampak krisis. Di
tahun 1998, rasio pembiayaan macet (NPF) mencapai lebih dari 60%. Perseroan
mencatat rugi sebesar Rp 105 miliar. Ekuitas mencapai titik terendah, yaitu Rp
39,3 miliar, kurang dari sepertiga modal setor awal.
Dalam upaya memperkuat permodalannya, Bank Muamalat mencari pemodal yang
potensial, dan ditanggapi secara positif oleh Islamic Development Bank (IDB)
yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada RUPS tanggal 21 Juni 1999 IDB
secara resmi menjadi salah satu pemegang saham Bank Muamalat. Oleh karenanya,
kurun waktu antara tahun 1999 dan 2002 merupakan masa-masa yang penuh tantangan
sekaligus keberhasilan bagi Bank Muamalat. Dalam kurun waktu tersebut, Bank
Muamalat berhasil membalikkan kondisi dari rugi menjadi laba berkat upaya dan
dedikasi setiap Kru Muamalat, ditunjang oleh kepemimpinan yang kuat, strategi
pengembangan usaha yang tepat, serta ketaatan terhadap pelaksanaan perbankan syariah
secara murni.
Saat
ini Bank Mumalat memberikan layanan bagi lebih dari 4,3 juta nasabah melalui
457 gerai yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia. Jaringan BMI didukung pula
oleh aliansi melalui lebih dari 4000 Kantor Pos Online/SOPP di seluruh Indonesia,
1996 ATM, serta 95.000 merchant debet. BMI saat ini juga merupakan satu-satunya
bank syariah yang telah membuka cabang luar negeri, yaitu di Kuala Lumpur,
Malaysia. Untuk meningkatkan aksesibilitas nasabah di Malaysia, kerjasama
dijalankan dengan jaringan Malaysia Electronic Payment System (MEPS) sehingga
layanan BMI dapat diakses di lebih dari 2000 ATM di Malaysia. Selain itu Bank
Muamalat memiliki produk shar-e gold dengan teknologi chip pertama di Indonesia
yang dapat digunakan di 170 negara dan bebas biaya diseluruh merchant berlogo
visa. Sebagai Bank Pertama Murni Syariah, bank muamalat berkomitmen untuk
menghadirkan layanan perbankan yang tidak hanya comply terhadap syariah, namun
juga kompetitif dan aksesibel bagi masyarakat hingga pelosok nusantara.
Komitmen tersebut diapresiasi oleh pemerintah, media massa, lembaga nasional
dan internasional serta masyarakat luas melalui lebih dari 70 award bergengsi
yang diterima oleh BMI dalam 5 tahun Terakhir. Penghargaan yang diterima antara
lain sebagai Best Islamic Bank in Indonesia 2009 oleh Islamic Finance News
(Kuala Lumpur), sebagai Best Islamic Financial Institution in Indonesia 2009
oleh Global Finance (New York) serta sebagai The Best Islamic Finance House in
Indonesia 2009 oleh Alpha South East Asia (Hong Kong).
·
BANK MILIK SWASTA ASING
BANK HSBC
Pada
2005, bank ini merupakan
perusahaan terbesar keempat dalam segi aset. Ia
melaporkan jumlah pemasukan dalam
dolar AS sekitar 70% berasal dari luar
Britania. Nyaris 40% berasal dari operasinya di
Hong Kong. Sebelum pindah markasnya ke
London pada awal
1990-an, ia bermarkas di Hong Kong. HSBC merupakan
bank terbesar di Hong Kong, dan kedua terbesar di dunia setelah
Citigroup.
Di
Indonesia, HSBC mulai hadir di
Jakarta pada tahun
1884,
sehingga merupakan salah satu bank tertua di Indonesia
·
HSBC
Advance
HSBC Advance adalah produk
kelompok ditujukan untuk pekerja profesional. Manfaat yang tepat dan
kualifikasi bervariasi tergantung pada negara, tetapi biasanya memerlukan
transfer Gaji US$ 1.500 atau lebih setiap bulan atau Menjaga US$ 25.000 dari
deposito dalam Tabungan / Rekening Koran atau investasi. Keuntungan dapat
bervariasi, tergantung pada negara, seperti hari-hari layanan perbankan
termasuk namun tidak terbatas pada Kartu Kredit Platinum, Advance Kartu ATM,
Giro dan Rekening Tabungan. Perlindungan rencana dan Jasa Perencanaan Keuangan.
Seorang pelanggan HSBC Advance memungkinkan pelanggan untuk membuka rekening di
negara lain dan mentransfer sejarah kredit mereka.
·
HSBC
Direct
HSBC Direct adalah telepon /
online banking operasi langsung yang menarik pelanggan melalui hipotek,
rekening dan tabungan. Ini pertama kali diluncurkan di
Amerika Serikat pada bulan November 2005 dan
didasarkan pada anak 'Pertama Langsung' HSBC di
Inggris yang diluncurkan pada tahun 1980. Layanan
ini sekarang juga tersedia di
Kanada,
Taiwan,
Korea Selatan,
Prancis, dan
India.
Polandia meluncurkan bisnis langsung pada bulan
September 2009. Di
Amerika Serikat,
HSBC langsung sekarang merupakan bagian dari HSBC Advance.
·
HSBCnet
HSBCnet adalah layanan global
yang melayani kebutuhan bisnis lokal dengan menawarkan fungsi khusus untuk
daerah yang berbeda di seluruh dunia. Sistem ini menyediakan akses ke fungsi
transaksi perbankan - mulai dari pembayaran dan pengelolaan kas untuk
perdagangan fitur layanan - serta penelitian dan konten analitis dari HSBC. Ini
juga termasuk devisa dan uang fungsi pasar perdagangan. Sistem ini digunakan
secara luas oleh high-end HSBC nasabah korporasi dan institusi dilayani oleh
perbankan global berbagai bank dan pasar, perbankan komersial dan divisi
transaksi global perbankan. HSBCnet juga merupakan merek dimana HSBC memasarkan
global e-commerce proposisi untuk klien korporasi dan institusional.
·
HSBC
Premier
HSBC Premier adalah salah satu
produk HSBC premium keuangan kelompok, sebanding dengan layanan Centurion dari
American Express. Manfaat yang tepat dan kriteria kualifikasi bervariasi
tergantung pada negara. Pelanggan memiliki Relationship Manager Premier, global
jam akses 24 untuk call center, layanan perbankan gratis dan tarif istimewa.
Seorang pelanggan HSBC Premier menerima layanan HSBC Premier di semua negara
yang menawarkan HSBC Premier, tanpa harus memenuhi kriteria negara itu
kualifikasi.
BANK NISP
Bank OCBC NISP Tbk (dahulu
Bank NISP Tbk) (
NISP)
didirikan tanggal 04 April 1941 dengan nama NV. Nederlandsch Indische Spaar En
Deposito Bank dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1941. Kantor
pusat NISP terletak di OCBC NISP Tower, Jl. Prof. Dr. Satrio Kav. 25
(Casablanca), Jakarta 12940-Indonesia. Saat ini, Bank OCBC NISP memiliki 45
kantor cabang, 249 kantor cabang pembantu, 22 kantor kas, 10 kantor cabang
syariah dan 12 payment point.
Pada awal pendiriannya, NISP
beroperasi sebagai bank tabungan kemudian tanggal 20 Juli 1967 NISP memperoleh
izin untuk beroperasi sebagai bank umum dari Menteri Keuangan Republik
Indonesia. Lalu tanggal 08 September 2009 NISP memperoleh ijin unit usaha
syariah Berdasarkan Keputusan Deputi Gubernur Bank Indonesia, NISP mulai
melakukan kegiatan perbankan berdasarkan prinsip syariah pada tanggal 12
Oktober 2009.
Pemegang saham yang memiliki
5% atau lebih saham Bank OCBC NISP Tbk adalah OCBC Overseas Investments Pte.
Ltd., dengan persentase kepemilikan sebesar 85,08%. OCBC Overseas Investments
Pte. Ltd. merupakan anak perusahaan dari Oversea-Chinese Banking Corporation
Limited (OCBC Bank), yang berkedudukan di singapura.
Berdasarkan Anggaran Dasar
Perusahaan, ruang lingkup kegiatan NISP adalah melakukan kegiatan usaha di
bidang bank umum termasuk kegiatan perbankan yang melaksanakan usaha
syariah.Pada tanggal 16 September 1994, NISP memperoleh pernyataan efektif dari
Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham NISP (IPO) kepada
masyarakat sebanyak 12.500.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan
harga penawaran Rp3.100,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa
Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 20 Oktober 1994.
Catatan: Berdasarkan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No.29 tahun 1999 tentang Pembelian Saham Bank Umum Pasal 4
Ayat 2 dan 3, yang antara lain menetapkan bahwa saham bank hanya boleh tercatat
di Bursa Efek sebanyak-banyaknya 99%.
BANK MY BANK
Pada 2008 BII diakuisisi oleh
Maybank melalui anak perusahan yang dimiliki sepenuhnya yaitu Maybank Offshore
Corporate Services (Labuan) Sdn. Bhd. (MOCS) dan Sorak Financial Holdings Pte.
Ltd. (Sorak). Melalui persetujuan
Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) pada
23 September 2015, BII
berubah nama menjadi
Bank Maybank Indonesia, mengukuhkan identitasnya
sebagai entitas utuh yang tidak terpisahkan dari Grup Maybank serta senantiasa
berusaha untuk menghadirkan
Humanising Financial Services kepada
semua pemangku kepentingan.
Maybank Indonesia merupakan
salah satu bank terbesar di Indonesia yang terkoneksi dengan jaringan regional
maupun internasional Grup Maybank. Per
31 Desember 2014
Maybank Indonesia memiliki 455 cabang termasuk cabang syariah dan kantor
fungsional mikro yang tersebar di Indonesia serta dua cabang luar negeri
(Mauritius dan Mumbai, India), 13 mobil kas keliling dan 1.530 ATM termasuk CDM
(
Cash Deposit Machine) yang terkoneksi dengan lebih dari 20.000 ATM
tergabung dalam jaringan
ATM Prima,
ATM Bersama,
ALTO,
Cirrus dan terhubung dengan 3.500 ATM Maybank di Singapura dan Malaysia melalui
jaringan MEPS.
Maybank Indonesia menyediakan
serangkaian produk dan jasa komprehensif bagi nasabah individu maupun korporasi
melalui layanan Perbankan Ritel, Perbankan Bisnis, dan Perbankan Global, serta
pembiayaan otomotif melalui entitas anak yaitu WOM Finance untuk kendaraan roda
dua dan BII Finance untuk kendaraan roda empat. Maybank Indonesia juga terus
mengembangkan layanan dan kapasitas e-banking melalui Mobile
Banking, Internet Banking dan berbagai saluran lainnya.
Per
31 Desember 2014,
Maybank Indonesia mengelola simpanan nasabah sebesar Rp 101,9 triliun dan
memiliki aset senilai Rp 143,3 triliun.
·
BANK CAMPURAN
BANK CIMB NIAGA
CIMB Niaga berdiri pada
tanggal 26 September 1955 dengan nama Bank Niaga. Pada dekade awal berdirinya,
fokus utama adalah pada membangun nilai-nilai inti dan profesionalisme di
bidang perbankan. Sebagai hasilnya, Bank Niaga dikenal luas sebagai penyedia
produk dan layanan berkualitas yang terpercaya. Di tahun 1987, Bank Niaga
membedakan dirinya dari para pesaingnya di pasar domestik dengan menjadi Bank
yang pertama menawarkan nasabahnya layanan perbankan melalui mesin ATM di
Indonesia. Pencapaian ini dikenal luas sebagai masuknya Indonesia ke dunia
perbankan modern. Kepemimpinan Bank dalam penerapan teknologi terkini semakin
dikenal di tahun 1991 dengan menjadi yang pertama memberikan nasabahnya layanan
perbankan online.
Bank Niaga menjadi perusahaan
terbuka di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya (kini Bursa Efek
Indonesia/BEI) pada tahun 1989. Keputusan untuk menjadi perusahaan terbuka
merupakan tonggak bersejarah bagi Bank dengan meningkatkan akses pendanaan yang
lebih luas. Langkah ini menjadi katalis bagi pengembangan jaringan Bank di
seluruh pelosok negeri. Pemerintah Republik Indonesia selama beberapa waktu
pernah menjadi pemegang saham mayoritas CIMB Niaga saat terjadinya krisis
keuangan di akhir tahun 1990-an. Pada bulan November 2002, Commerce
Asset-Holding Berhad (CAHB), kini dikenal luas sebagai CIMB Group Holdings
Berhad (CIMB Group Holdings), mengakuisisi saham mayoritas Bank Niaga dari
Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Di bulan Agustus 2007 seluruh
kepemilikan saham berpindah tangan ke CIMB Group sebagai bagian dari
reorganisasi internal untuk mengkonsolidasi kegiatan seluruh anak perusahaan
CIMB Group dengan platform universal banking.
Dalam transaksi terpisah,
Khazanah yang merupakan pemilik saham mayoritas CIMB Group Holdings
mengakuisisi kepemilikan mayoritas LippoBank pada tanggal 30 September 2005.
Seluruh kepemilikan saham ini berpindah tangan menjadi milik CIMB Group pada
tanggal 28 Oktober 2008 sebagai bagian dari reorganisasi internal yang sama. Sebagai
pemilik saham pengendali dari Bank Niaga (melalui CIMB Group) dan LippoBank,
sejak tahun 2007 Khazanah memandang penggabungan (merger) sebagai suatu upaya
yang harus ditempuh agar dapat mematuhi kebijakan Single Presence Policy (SPP)
yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Penggabungan ini merupakan merger
pertama di Indonesia terkait dengan kebijakan SPP. Pada bulan Mei 2008, nama
Bank Niaga berubah menjadi CIMB Niaga. Kesepakatan Rencana Penggabungan CIMB
Niaga dan LippoBank telah ditandatangani pada bulan Juni 2008, yang dilanjutkan
dengan Permohonan Persetujuan Rencana Penggabungan dari Bank Indonesia dan
penerbitan Pemberitahuan Surat Persetujuan Penggabungan oleh Kementerian Hukum
dan Hak Asasi Manusia di bulan Oktober 2008. LippoBank secara resmi bergabung
ke dalam CIMB Niaga pada tanggal 1 November 2008 (Legal Day 1 atau LD1) yang
diikuti dengan pengenalan logo baru kepada masyarakat luas.
Bergabungnya LippoBank ke
dalam CIMB Niaga merupakan sebuah lompatan besar di sektor perbankan Asia
Tenggara. CIMB Niaga kini menawarkan nasabahnya layanan perbankan yang
komprehensif di Indonesia dengan menggabungkan kekuatan di bidang perbankan
ritel, UKM dan korporat dan juga layanan transaksi pembayaran. Penggabungan ini
menjadikan CIMB Niaga menjadi bank terbesar ke-5 dari sisi aset, pendanaan,
kredit dan luasnya jaringan cabang. Dengan komitmennya pada integritas,
ketekunan untuk menempatkan perhatian utama kepada nasabah dan semangat untuk
terus unggul, CIMB Niaga akan terus memanfaatkan seluruh daya yang dimilikinya
untuk menciptakan sinergi dari penggabungan ini. Keseluruhannya merupakan
nilai-nilai inti CIMB Niaga dan merupakan kewajiban yang harus dipenuhi bagi
masa depan yang sangat menjanjikan.
BANK AGRIS
PT
Bank Agris Tbk berkedudukan di Jakarta, didirikan pada tahun 1973, pada awalnya
bernama PT. Finconesia yang merupakan Lembaga Keuangan. Pada saat itu para
pemegang sahamnya adalah : (i). Bank Negara Indonesia 1946; (ii). The Nomura
Securities Co Ltd (iii). Barclays Bank International Limited; (iv).
Manufacturers Hanover International Finance Corporation (v). The Mitsui Bank
Ltd; (vi) Banque Francaise Du Commerce Exterieur dan (vii). Commerzbank
Aktiengesellschaft.
Pada
tahun 1993, PT. Finconesia yang semula ijin usahanya merupakan lembaga
keuangan, disetujui dan berubah menjadi Bank Umum dengan nama PT. Bank
Finconesia berdasarkan Surat Keputusan dari Menteri Keuangan Republik Indonesia
dengan Nomor 442/KMK.017/1993 tertanggal 9 Maret 1993. Pada tahun 2007, PT Dian
Intan Perkasa membeli saham PT Bank Finconesia dari kepemilikan Commerzbank
Aktiengesellschaft sebesar 51% dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
sebesar 48,51%, sehingga kepemilikan total PT. Dian Intan Perkasa menjadi
sebesar 99.51% Saham.
PT. Bank Finconesia merubah nama menjadi PT Bank Agris berdasarkan Keputusan
Gubernur Bank Indonesia No. 10/61/KEP.GBI/2008 tanggal 5 September 2008.
Sedangkan kepemilikan PT. Pertiwi Indonesia sebesar 0,49% di PT. Bank Agris
dimulai pada tanggal bulan Februari tahun 2011. Kepemilikan tersebut berasal
dari pembelian atas seluruh saham yang dimiliki oleh JP Morgan International
Inc pada PT. Bank Agris. Selanjutnya kepemilikan ini dialihkan kepada Bapak
Benjamin Jiaravanon pada tahun 2012.
Pada tahun 2013, PT Dian
Intan Perkasa melakukan penambahan modal sehingga komposisi kepemilikan saham
menjadi : (i) PT Dian Intan Perkasa sebesar 99.66%. (ii) Bapak Benjamin
Jiaravanon sebesar 0.34%. Pada bulan Desember 2014, PT Bank Agris telah
melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (Initial Public Offering / IPO) dan
telah dilakukan pencatatan efek di Bursa Efek Indonesia. Dengan demikian PT
Bank Agris telah menjadi perusahaan terbuka dengan nama PT Bank Agris Tbk. Pada
bulan Desember tahun 2015, PT Bank Agris Tbk telah melakukan penambahan modal
melalui Penawaran Umum Terbatas I (Right Issue) dan telah dilakukan pencatatan
efek di Bursa Efek Indonesia.
BANK SAKURA SWADARMA
Bank ini adalah hasil merger
dari 2 bank yang telah berdiri sebelumnya,yaitu Bank Sumitomo Niaga, yang
dimiliki oleh The Sumitomo Bank Ltd dan
Bank CIMB Niaga (d/h Bank Niaga), kemudian berubah
menjadi Bank Sumitomo Indonesia pada
2001
serta Bank Mitsui Swadharma, yang dimiliki oleh The Mitsui Bank Ltd dan
Bank
Central Dagang (dilikuidasi), kemudian berubah menjadi Bank Sakura
Swadharma pada
1992.
Pada
2001,kedua
perusahaan itu (Bank Sumitomo Indonesia dan Bank Sakura Swadharma) bergabung
dan membentuk perusahaan baru bernama Bank Sumitomo Mitsui Indonesia. Pemegang
saham perusahaan saat ini adalah Sumitomo Mitsui Banking Corporation,
Bank Central Asia dan
Bank Negara Indonesia.
Simpanan
- Deposito
Berjangka
- Giro
Rupiah
- Giro
Valas
Pinjaman
- Kredit
Modal Kerja
- Kredit
Investasi
Pembiayaan
- Post
Import Loan (Trust Receipt Loan)
- Export
Bills Negotiation/Discounting
Layanan
- Bank
Garansi
- Penerbitan
L/C Impor atau Domestik berikut perubahannya
- Penerusan
L/C Ekspor atau Domestik berikut perubahannya
- Transfer
L/C Ekspor
- Documentary
Collection
- Clean
Collection (Cheque Collection)
- Sistem
Kliring Nasional
- Real
Time Gross Settlement
- SWIFT
- Penerimaan
Uang Masuk dalam Valuta Asing
- Pembayaran
Pajak Impor dan Non-Impor
- Cash
Management
- Foreign
Exchange (FX)
- Derivatif
- Referensi
Bank
- SMBC
Traveler Cheque
- Unit
Pengaduan Nasabah
·
BANK MILIK
KOPERASI
BANK
BUKOPIN
Bank Bukopin didirikan pada
tanggal
1 Juli 1970, sebelumnya dikenal sebagai
Bank
Umum Koperasi Indonesia. Pada 1989, perusahaan berganti nama menjadi
Bank
Bukopin. Selanjutnya, pada 1993 status perusahaan berubah menjadi perseroan
terbatas. Bank Bukopin menfokuskan diri pada segmen UMKMK, saat ini telah
tumbuh dan berkembang menjadi bank yang masuk ke kelompok bank menengah di
Indonesia dari sisi aset. Seiring dengan terbukanya kesempatan dan peningkatan
kemampuan melayani kebutuhan masyarakat yang lebih luas, Bank Bukopin telah
mengembangkan usahanya ke segmen komersial dan konsumer.
Ketiga segmen ini merupakan
pilar bisnis Bank Bukopin, dengan pelayanan secara konvensional maupun syariah,
yang didukung oleh sistem pengelolaan dana yang optimal, kehandalan teknologi
informasi, kompetensi sumber daya manusia dan praktek tata kelola perusahaan
yang baik. Landasan ini memungkinkan Bank Bukopin melangkah maju dan
menempatkannya sebagai suatu bank yang kredibel.
Berkantor pusat di Gedung Bank
Bukopin, Jl MT Haryono Kav 50-51 Jakarta Selatan, operasional Bank Bukopin kini
didukung oleh lebih dari 425 outlet yang tersebar di 22 provinsi di seluruh
Indonesia yang terhubung secara real time online. Bank Bukopin juga telah
membangun jaringan micro-banking yang diberi nama “Swamitra”, yang kini
berjumlah 543 outlet, sebagai wujud program kemitraan dengan koperasi dan
lembaga keuangan mikro.
Dengan
struktur permodalan yang semakin kokoh sebagai hasil pelaksanaan Initial Public
Offering (IPO) pada bulan Juli 2006, Bank Bukopin terus mengembangkan program
operasionalnya dengan menerapkan skala prioritas sesuai strategi jangka pendek
yang telah disusun dengan matang. Penerapan strategi tersebut ditujukan untuk
menjamin dipenuhinya layanan perbankan yang komprehensif kepada nasabah melalui
jaringan yang terhubung secara nasional maupun internasional, produk yang
beragam serta mutu pelayanan dengan standar yang tinggi. Keseluruhan kegiatan
dan program yang dilaksanakan pada akhirnya berujung pada sasaran terciptanya
citra Bank Bukopin sebagai lembaga perbankan yang terpercaya dengan struktur
keuangan yang kokoh, sehat dan efisien. Keberhasilan membangun kepercayaan
tersebut akan mampu membuat Bank Bukopin tetap tumbuh memberi hasil terbaik
secara berkelanjutan.